Sunday, December 30, 2012

Selamat Jalan, Papa...


Foto papa, waktu beliau masih sehat

Setahun yang lalu (29/12/2011), setelah adzan subuh berkumandang. Orang yang sangat saya cintai meninggalkan dunia ini untuk selama-lamanya. Beliau mengidap penyakit Kanker Paru-paru (Adenokarsinoma paru) stadium 4. Menurut dokter di Rumah Sakit, penyakit kanker yang papa alami merupakan kanker yang sangat ganas. Hampir 1 bulan lebih papa dirawat di rumah sakit. Awalnya hanya tangan dan kaki sebelah kanan saja yang tidak dapat berfungsi dengan baik, tetapi beliau masih dapat berjalan meskipun harus dibantu untuk berjalan. Setelah beliau menjalankan terapi Bronchoscopy, papa mendadak shock dan organ sebelah kanannya seperti lumpuh. Lalu pada akhirnya, papa yang tadinya lancar berbicara mendadak menjadi sulit berbicara, sulit mengingat (pikun) dan juga tidak bisa melakukan hal-hal lain selain tidur. Hal ini disebabkan karena kanker paru-paru yang beliau derita telah merambat sampai ke otak. Sehingga jaringan sarafnya terganggu.

Kami sekeluarga ingin melihat papa kembali sehat dan melakukan berbagai cara untuk menyembuhkan papa. Tapi kami berkata TIDAK untuk Kemoterapi! Kemoterapi bagi penderita kanker tahap akhir layaknya papa, hanya mampu untuk menunda kematian atau memperpanjang usia hidup untuk sementara waktu. Bukannya kami sekeluarga tidak ingin melihat papa hidup lebih lama lagi. Namun, kami sekeluarga tidak tega jika papa harus hidup lebih lama dengan cara menahan sakit dari pengobatan kemoterapi yang sebenarnya SAMA SEKALI tidak dapat mematikan sel kanker. Dokter memberikan vonis maksimal 6 bulan untuk papa dapat bertahan hidup. Dan dokter pun meminta agar papa dibawa pulang agar bisa lebih dekat dengan keluarga (maksudnya: Dokter sudah angkat tangan dengan penyakit ini).

Sepulangnya papa dari rumah sakit. Kami sekeluarga akhirnya meminta papa mengkonsumsi obat herbal yang dipercaya dapat menyembuhkan papa. Pada hari senin tanggal 26 Desember 2011, papa berangkat pukul 7 pagi kesebuah pengobatan herbal didaerah Pejaten Jakarta Selatan. Saat itu mama bercerita bahwa dokter itu berkata " SAYA YAKIN, SAYA BISA MENYEMBUHKAN BAPAK SUPRIYADI!". Dan kami sangat senang mendengarnya karena kami kembali yakin kalau papa bisa kembali normal seperti semula. Malamnya papa mengkonsumsi obat dari dokter tersebut sampai hari selasa. Papa yang selama 1 bulan lebih ini tidak bisa tidur, akhirnya bisa tidur dengan pulasnya berkat obat herbal itu. Papa pun terus menerus memegang tasbih dan berdzikir dengan tangan kirinya. karena tangan kanannya ridak dapat berfungsi lagi.


Beberapa hari sebelum akhirnya tangannya tidak dapat digerakkan

Pada hari rabu papa mengalami penurunan. Seharian itu papa tidak terbangun dari tidurnya. Dia tidak mau makan dan minum. Hanya pada saat adzan berkumandang dia baru mengeluarkan suara "Hmmm.." dengan kencang, seperti menjawab suara adzan. Sampai pada akhirnya pukul setengah 11an papa secara reflek dapat menggerakkan tangan dan kaki nya yang sebelah kanan. Hal itu disambut gembira oleh kami sekeluarga. Namun tak lama setelah itu, papa secara reflek menggerakkan tangan dan kaki kirinya juga layaknya orang kejang lalu ia melihat melotot kearah atas. Dan pada saat itu juga papa menghembuskan nafasnya dirumah. Namun selang beberapa detik, nafasnya kembali normal. Nadinya pun masih tampak baik.

Malam harinya, karena sedari pagi papa tidak mengkonsumsi apapun. Ia pun dilarikan kerumah sakit Gatot Subroto dengan menggunakan ambulance. Sesampainya di Rumah Sakit, ia langsung dibawa keruang icu dan mendapatkan pertolongan medis seperti infus, alat bantu pernafasan. Papa juga sempat di scan dan dicetak detak jantungnya menggunakan alat. Tak lama, papa dipindahkan ke Pavilium Kartika dan dibawa menggunakan ambulance.



Foto terakhir kami sekeluarga di Rumah Sakit Gatot Subroto

Pagi harinya (29 desember 2011) sekitar pukul 4.20 wib, papa menghembuskan nafas terkakhirnya dikamar itu. Kami sekeluarga tidak menyesali kepergian papa. Kami justru bersyukur karena papa diambil lebih cepat. Karena kami tidak akan pernah mungkin tega melihat keadaan papa yang makin lama makin menurun.

Jenazah papa di sholatkan di Masjid dekat rumah pada pukul 12.00 wib, sebelumnya pada pukul 11.00 wib. Keluarga sudah terlebih dahulu menyolatkan papa di ruang tamu rumah kami yang sederhana. Papa dimakamkan di TPU Pondok Rangon dan diantar oleh orang-orang terdekatnya seperti teman sma, teman kantor, keluarga besar dan tetangga. Dan acara pemakaman berjalan dengan Khusyuk. Adik saya, Andika Dwi Cahyo, yang mengadzan-kan ayah saya. Saya, mama dan adik saya tampak tabah dan ikhlas atas kepergian papa. Karena biar bagaimanapun, apa yang diciptakan, pasti akan kembali lagi kepada yang menciptakan.......





No comments:

Post a Comment